Pelatihan hipnosis semakin diminati orang. Untuk mendidik anak, memasarkan produk, atau melangsingkan tubuh.

MARILAH masuk ke sebuah dunia alam bawah sadar. Ada apakah gerangan di sang? Inilah sebuah kawasan yang sedang menjadi sasaran banyak orang di Jakarta: berkunjung ke alam bawah sadar dengan cara hipnosis untuk sebuah terapi.

Romy Rafael, 30 tahun, yang membangkitkan gairah kaum urban Jakarta kepada terapi hipnotis. Dengan mengenakan pakaian serba hitam clan penutup, kepala berwarna gelap, Romy berhasil meraup pesona penonton dengan kemampuan hipnosisnya itu. Dari acaranya inilah, publik menemukan sesuatu yang baru dari hipnosis: kemampuan menyembuhkan; sebuah sugesti tanpa melukai fisik seperti operasi, misalnya.

Sebelumnya, kata “hipnosis” memiliki konotasi negatif karena Bering dikaitkan dengan gendam. Kini orang baru memahami bahwa melalui hipnosis pun kita kini bisa mengalahkan kecanduan terhadap rokok, narkoba, atau bahkan untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Berkat acara ini, masyarakat berbondong-bondong ingin menjalankan terapi hipnotis; ada juga yang ingin belajar menghipnosis. “Sebelumnya, tak ada orang yang mau mengaku sebagai ahli hipnosis,” kata Romy kepada Tempo.
Kini Romy tak lagi tampil di televisi. “Bolan juga,” katanya. Dia lebih menekuni klinik hipnoterapinya, meski sesekali masih membuka kelas pelatihan hipnosis. “Target market saga adalah kelas A dan B,” katanya. Tarifnya Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta per orang. Itu harga untuk terapi.

Cara kerja terapi ini berfokus pada alam bawah sadar seseorang; kemudian alam bawah sadar mengendalikan pikiran. Misalnya, untuk berhenti merokok, alam bawah sadarnya menyatakan merokok buruk bagi kesehatan. Alhasil, kebiasaan itu pun berhenti. Demikian pula dengan penyembuhan dari kecanduan terhadap narkoba.

Bagaimana jika kita ingin belajar hipnosis?

Untuk pelatihan dasar, yang berlangsung selama delapan jam. Diamond in You, penyelenggara pelatihan hipnosis sejak tiga tahun silam, mematok tarif sebesar Rp 1,5 juta per orang. Tidak murah, memang, tapi peminatnya tidak pernah sepi. “Sudah sekitar 6.000 orang ikut dalam pelatihan hipnosis fundamental,” kata Evita Sasmita, manajer pemasaran perusahaan itu.

Peserta pelatihan hipnotis datang dari berbagai kalangan. Ada yang bekerja sebagai dokter, aktor dan aktris, pengusaha, mahasiswa, bahkan juga ibu rumah tangga.

Mereka yang belajar hipnosis tentu saja berbeda dengan pasien yang menjalani terapi hipnotis atau hipnoterapi. Mereka yang belajar pada akhirnya ingin bisa melakukan hipnosis diri atau self hypnosis. Lewat pelatihan ini mereka ingin mencapai perbaikan diri.

Contohnya begini, seperti yang disaksikan Tempo: dua lelaki duduk Baling berhadapan. Mata pria pertama terpejam, sedangkan pria kedua terus berbicara nyaris tanpa henti. Suara itu masih ditambah dengan bunyi jentikan jari tengah dan jempolnya, berulangulang dengan tempo cepat.

Adegan seperti itu terjadi pada sebuah kelas fundamental atau pengenalan terapi hipnotis di sebuah gedung di kawasan Senayan, Jakarta, dua pekan lalu. Setelah dinyatakan cukup oleh seorang pelatihnya, kedua orang itu bertukar posisi.
Pria kedua yang sebelumnya menghipnosis berganti menjadi suyet alias orang yang dihipnosis. Sedangkan pria pertama yang kini jadi penghipnosis langsung menggempur suyet dengan berbagai kalimat. Tak lupa is terus menjentikkan jari tangannya. “Lebih dalam, lebih dalam lagi…,” katanya berulang-ulang.

Menjelang magrib itu para peserta latihan sedang mempelajari cara menghipnosis orang yang terbilang sulit dipengaruhi. Dalam ilmu hipnosis, gaga bicara yang cepat tanpa henti disebut anchor, yang bertujuan agar suyet bisa segera terhipnosis. Berhasilkah?

Namanya juga masih belajar. Tujuh peserta pelatihan itu—dua di antaranya perempuan — tak langsung berhasil mempraktekkan pelajaran dari sang instruktur. “Saga gagal. Malah dua kali terhipnosis,” ujar seorang peserta. “Berarti fokus Anda baik sekali,” kata Rully, seorang pelatih, disambut tawa peserta.

Fokus alias konsentrasi merupakan keadaan yang paling dicari peserta pelatihan hipnosis. Semakin bagus konsentrasi, proses hipnosis bisa berlangsung makin cepat. Umumnya kesulitan konsentrasi itulah yang kendala yang dihadapi peserta pelatihan hipnosis.

Di zaman sekarang, hipnosis tidak lagi sekadar menjadi metode terapi seperti pada saat dipraktekkan Sigmund Freud, tokoh psikoanalisis. Tidak ada lagi bandul yang mondar-mandir di de-pan mata untuk menghipnosis. Kim, hipnosis beranak-pinak dalam berbagai jenis.

Tak hanya hipnosis untuk membimbing anak (hypnoparenting) atau memasarkan produk (hypnomarketing). Hipnosis kini bahkan juga bisa digunakan untuk melunturkan lemak (hypnoslimming). Alhasil, badan pun jadi ramping dan singset.

“Bila bertemu dengan klien menjadi lebih percaya diri,” papar Ilham Wardhana, 44 tahun, seorang konsultan keuangan. Ia menyebut manfaat yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan hipnosis.

“Sekarang saya belajar kelas fundamental dulu. Nantinya saya kepingin belajar hypnoparenting,” kata Ninin, 32 tahun, salah seorang peserta. Ibu dua anak ini ingin menerapkan ilmu hipnosis dalam mengasuh anakanaknya. “Paling yang simpel-simpel saja. Biar mereka nggak sudah makan, misalnya,” ujarnya seraya tersenyum.

Pasangan selebriti Indra Brasco dan Mona Ratuliu juga sudah merasakan manfaat pelatihan hipnosis. Paling tidak, menurut Indra, sekarang dirinya lebih mudah berkonsentrasi. “Lebih gampang menemukan titik konsentrasi,” katanya. Lain lagi dengan sang istri yang banyak bermain sinetron. “Apalagi dia kan Bering melakukan adegan menangis,” katanya. Dengan konsentrasi yang terasah Mona dapat lebih cepat menghayati karakter tokoh yang diperankannya.

Begitu pula dengan Irvianty Yura, 33 tahun, seorang dokter gigi yang berpraktek di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Perempuan ini sekarang malah boleh dibilang keranjingan pelatihan hipnosis. Setelah melewati kelas dasar, dia meneruskan ke kelas berikutnya: hipnoterapi. Riri—nama panggilannya—menjelaskan, dibutuhkan kemampuan menghipnosis dalam bekerja. Maklum, tak semua pasiennya bisa tenang melihat alat-alat kerjanya. Apalagi saat pasien mendengar dan merasakan bor gigi yang bikin ngilu. “Biasanya, sebelum memeriksa, saya lakukan relaksasi terlebih dulu,” katanya. Relaksasi adalah istilah lain dari hipnosis.

Efeknya bisa diacungi dua jempol. Metode ini membuat pasien jadi rileks dan Riri jadi lebih gampang bekerja. Gara-gara itu pula, ruang prakteknya kini selalu kebanjiran pasien. Namun, biarpun sudah lumayan mumpuni, toh dia merasa belum cukup. Rencananya, dia akan mengikuti kelas hypnoparenting dan hypnomarketing. “Setelah nyemplung ke sana, ternyata payung ilmunya banyak sekali.”

Psikolog Tika Bisono melihat menggelembungnya minat orang belajar hipnosis sebagai fenomena khas masyarakat kota besar. Menumpuknya persoalan di kepala membuat alternatif pengobatan apa pun, apalagi yang sifatnya nonmedis, menarik perhatian mereka. Apalagi ada kemasan pemasaran yang ciamik. Salah satunya bahwa hipnosis bisa dilakukan sendiri, istilahnya self-therapy. “Itulah yang membuat hipnosis menjadi naik dawn seperti sekarang,” ujarnya.

Inti dari terapi hipnotis, menurut Tika, adalah bagaimana seseorang mengelola motivasi dirinya sendiri. Persoalannya, kaum urban yang punya masalah bertumpuk kerap kehilangan motivasi. Saat itulah ada orang-orang yang jeli menangkap peluang. Hipnosis menjadi sebuah pilihan untuk menajamkan motivasi jauh lebih dalam, jauh lebih dalam lagi….