Kamis, 30 Juli 2009

Kemunculan Dajjal

Sabda Rasulullah saw :
“Tiada akan datang hari kiamat hingga dimunculkan dajjjal-dajjal pendusta, sekitar tiga puluh jumlahnya, kesemuanya mengaku sebagai utusan Allah, dan hingga tercabutnya ilmu, dan kerap kalinya gempa bumi, dan semakin dekatnya waktu, dan munculnya fitnah-fitnah, dan banyaknya pembunuhan, dan kemudian berlimpahnya harta pada kalian.” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Limpahan puji kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur,Yang Maha Bercahaya Menerangi alam semesta dengan cahaya rahmat-Nya yang fana dan yang abadi. Cahaya rahmat-Nya yang fana menerangi seluruh alam semesta, cahaya rahmat-Nya yang kekal dan abadi menerangi wajah muslimin dan muslimat dengan kalimat tauhid. Menerangi jiwa mereka dengan ketaatan dan menerangi hari-hari mereka dengan pengampunan.

Maha suci Allah SWT Yang Maha Luhur, Maha Abadi, Maha Sempurna dan Maha Memiliki Kesempurnaan Maha Memiliki Kebahagiaan, Maha Memiliki Kesejahteraan, Maha Membagi-bagikan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Beruntunglah mereka yang semakin dekat kepada Allah SWT, maka mereka semakin dekat kepada Sang Pemilik Kebahagiaan. Mereka semakin berhak mendapatkan kesejahteraan, mereka semakin berhak mendapatkan kemudahan, mereka selalu dimanjakan oleh Allah SWT di dunia, di barzakh dan di Yaumal Qiyamah.

Demikian keadaan hamba-hamba Allah SWT. Mereka melewati cobaan dan musibah. Maka setelah cobaan dan musibah, akan datang kebahagiaan berlipat ganda yang membuat mereka lupa akan musibahnya. Jika datang musibah lainnya, Allah SWT akan gantikan dengan kebahagiaan yang lebih besar yang membuat mereka lupa lagi dengan musibahnya yang lalu. Inilah kehidupan mereka di dunia dan lebih-lebih lagi kehidupan mereka di akhirat, yaitu kebahagiaan yang tiada akan pernah ada akhirnya.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,
rahasia rahmat Ilahi ini tumpah ruah dengan kebangkitan Nabi kita, idola kita, kekasih kita Sayyidina Muhammad SAW yang mana bulan Sya’ban yang mulia ini merupakan salah satu daripada bentuk rahmat-Nya yang menuntun kita kepada cinta kita kepada Sayyidina Muhammad SAW. Karena di bulan inilah turunnya firman Allah SWT, “Innallaha wa malaikatahu yusholluna ‘alan Nabiy.” Sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu Allah SWT menyeru kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk selalu bershalawat dan bersalam kepada Sang Nabi SAW.

Adakah kebanggaan yang lebih besar daripada langsung disebut oleh Allah bahwa sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada beliau? Betapa bercahayanya wajah Sang Nabi SAW yang diterangi oleh cahaya shalawat dari Allah SWT dan para malaikat. Betapa terang-benderangnya jiwa beliau, betapa indah dan mulianya derajat beliau yang sedemikian dahsyatnya dimuliakan oleh Allah Swt dan “seseorang itu bersama dengan orang yang dia cintai.”

Sang Nabi SAW yang diberi kemuliaan oleh Allah SWT membukakan pintu-pintu bagi umat-Nya untuk ingin dekat dengan Allah SWT, ingin sampai kepada kemuliaan, ingin sampai kepada keluhuran, terbukalah bagi mereka pintu cinta, pintu ittiba dan bagi merekalah terbuka pintu rahasia untuk kedekatan ke hadirat Allah SWT dan Rasul SAW yaitu dengan mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Kekurangan-kekurangan yang muncul dari perbuatan mereka tidak menjadikan cinta dan rindu mereka kepada Allah SWT dan Rasul SAW itu tidak diakui atau tertolak.

Demikian indahnya cinta dan rindu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Berbeda dengan cinta dan rindu kepada sesama makhluk. Jika ada kekurangan dari cinta dan rindunya, sedemikian pula cinta dan rindunya akan sirna dan tertolak hanya gara-gara barangkali ada satu atau dua kesalahan. Namun cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, walau terdapat kekurangan dari yang mengaku cinta, tetap cintanya itu diterima.

Dan berbeda pula dengan Sang Nabi untuk Rabbul alamin, Sayyidina Muhammad SAW, yang cinta dari batu sekalipun masih diterima oleh beliau. Cinta dari gunung pun masih diterima oleh beliau sebagaimana riwayat Shahih Bukhari bahwa Rasul SAW bersabda, “Ini gunung Uhud mencintaiku dan aku mencintai gunung Uhud.” Tentunya gunung pun diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mencintai Nabi Muhammad SAW, butiran-butiran kerikil dan batu itu pun diberi kesempatan oleh Allah untuk mencintai Sang Nabi. Demikian pula batang pohon kurma, demikian pula dengan kota di Madinah dan semua hewan dan makhluk-Nya diberi kesempatan untuk mengidolakan dan mencintai Sang Nabi dan Sang Nabi menjawab cinta mereka seraya bersabda “dan akupun mencintai gunung uhud”.

Ya Rasulullah, ini hanyalah gumpalan batu yang tidak bermakna untukmu. Tetapi ketika dia mencintai beliau SAW, seindah-indahnya makhluk Allah, makhluk yang paling ramah, makhluk yang paling indah budi pekertinya, makhluk yang tidak mau mengecewakan perasaan siapapun, maka gumpalan batu inipun diterima cintanya oleh Rasul SAW dan dijawab oleh Rasul Saw “dan kami pun mencintai gunung uhud”.

Diriwayatkan pula di dalam Shahih Bukhari yang sering kita dengar, ketika batang pohon kurma ditinggal oleh Sang Nabi yang biasa bersandar padanya disaat berkhutbah maka saat itu batang pohon kurma itu menjerit dengan jeritan yang menyayat hati. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa jeritan dan tangisan pohon kurma itu terdengar bagaikan jeritan sang bayi yang ditinggal oleh ibunya dan Sang Nabi turun dari mimbar, mendatangi pohon kurma itu dan memeluknya. Batang pohon itu dipeluk oleh semulya-mulya makhluq. Setelah itu tangisnya pun mereda bagaikan bayi ketika dipeluk oleh ibunya dan tersendat-sendat. Terisak-isak menahan tangis karena telah ditenangkan oleh Rasul sampai perlahan-lahan suara tangisnya semakin pelan dan terdiam. Bagaikan bayi yang kehilangan ibunya dan dipeluk dan didekap oleh ibunya sampai masih terisak-isak, sesaat kemudian tangisnya terdiam.

Demikian keadaan batang pohon kurma, cinta dan tangisnya karena Nabiyyuna Muhammad SAW berpisah dengannya. Biasanya Sang Nabi bersandar padanya setiap khutbah, sekali waktu beliau berpisah maka batang pohon kurma itu menangis. Dan Sang Nabi, wahai yang demikian indah dicipta oleh Allah sebagai raufurrahiim, tidak pula mengecewakan daripada batang pohon kurma yang mencintainya, beliau turun dan memeluk batang pohon kurma itu dan menenangkannya.

Al Imam Ibn Hajar meriwayatkan salah satu hadits shahih menukil di dalam Fathul Baari bahwa Rasul berkata, “Seandainya aku tidak menenangkannya, ia akan terus menjerit hingga yaumil qiyamah.” Tangisnya didengar oleh jumlah shahabat yang mutawatir, lebih dari 80 sahabat yang mendengar jerita dan tangis batang pohon kurma ini.

Demikian hadirin-hadirat, indahnya alam semesta mencintai Sayyidina Muhammad SAW. Demikian kemesraan mereka kepada Sang Nabi. Demikian pula seekor hewan besar di Madinah Al Munawwarah, sebagaimana diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam ketika unta terbesar di Madinah mengamuk. Kita memahami, unta itu kalau berdiri perutnya lebih tinggi dari kepala kita, itu unta biasa. Bagaimana kalau unta besar? 1400 tahun yang silam di Madinah Al Munawwarah, unta ini mengamuk dan tidak diketahui sebabnya. Para sahabat menjebaknya di dalam salah satu kandang besar, lantas ketika Rasul SAW dikabari dan beliau mendatangi lalu berkata, “Bukakan pintu yang menjebaknya ini.” Lalu dikatakan kepada Rasul, “Ya Rasulullah dia ini sedang dalam keadaan mengamuk dan sedang marah, mulutnya yang berbusa dan matanya yang merah ini bias membunuh siapa saja dan jangan-jangan dia mencelakaiku.” Rasul SAW berkata, “Bukakan, bukakan. Biarkan ia mengetahui bahwa aku Rasulullah.” Maka ketika dibukakan pintu itu, unta melihat wajah Muhammad SAW. Maka unta itu berlari tertunduk-tunduk menciumi kaki Nabi Muhammad Saw. Yang demikian buas dan marahnya, ketika melihat wajah terindah ini, seindah-indahnya wajah yang paling berhak dicintai, ternyata unta ini memiliki kecintaan, kemuliaan dan kerinduan kepada Sang Nabi seraya berlari mendekat tertunduk-tunduk kepalanya dan mencium kaki Sang Nabi lantas ia mendekatkan wajah dan mulutnya ke telinga Sang Nabi, maka Rasul SAW mendekatkannya. Kemudian Rasul SAW berkata, “Siapa pemilik unta ini?” Salah seorang sahabat Anshar berkata, “Aku ya Rasulullah!” Lalu Rasul berkata kepada shahabat tersebut, “Ia mengadu kepadaku bahwa ia mengamuk karena terlalu banyak disuruh bekerja dan sedikit diberi makan.” Unta ini mengadu kepada Rasulullah SAW.

Inilah hewan dan tumbuhan yang sangat mencintai Sang Nabi. Lebih-lebih cintanya para sahabat Muhajirin dan Anshar ra kepada Sang Rasul SAW. Sebagaimana riwayat Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang wanita dari bani dinar, ketika kembali Sang Nabi dari perang uhud, mendengar kabar suaminya wafat, kakaknya wafat, anaknya wafat, ayahnya wafat, semua keluarga ibu ini wafat dalam syahid di perang uhud. Dikabarkan kepadanya, “Ayahmu wafat, anakmu wafat, kakakmu wafat, suamimu wafat.” Tinggallah ia sebatang kara. Ibu ini bertanya, “Bagaimana keadaan Rasulullah?” Dijawab, “Rasulullah sehat wal afiah.” Ibu ini datang melihat bagaimana keadaan Sang Nabi dan barangkali juga ingin mengadu kesedihannya, sebatang kara ditinggal semua keluarganya yang wafat di perang uhud. Namun ketika melihat wajah Sang Nabi, ibu itu mengangkat suara di tengah para sahabat, “Semua musibah, asalkan kau baik dan sehat wal afiah, semua musibah adalah kecil di hadapanku ya Rasulullah.” Biarpun ayah, suami, anak, kakak dan seluruh keluarga wafat, asalkan kau baik dan sehat wal afiah. Demikian cintanya seorang wanita Anshar kepada Nabi Muhammad SAW.

Juga diriwayatkan ketika seorang shahabat ditangkap dan ia sampai dibawa oleh Abu Sofyan sebelum Abu Sofyan masuk Islam maka berkata Abu Sofyan, “Wahai kamu, kini Muhammad sedang tenang-tenang di rumah bersama keluarganya, dan sebentar lagi istrimu jadi janda dan anakmu jadi yatim. Ayo, mau kau tukar posisimu dengan Muhammad saat ini?” Maka ia berkata, “Demi Allah, kalau seandainya aku harus wafat dan selesai seluruh permasalahanku ini, aku dibunuh dan dikuliti itu jauh lebih kupilih dari sebutir duri menusuk kaki Rasulullah Saw.” Demikian cintanya mereka kepada Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad SAW.

Hadirin-hadirat, keberkahan itu tidak sirna. Dan sampailh kita di bulan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Mengingat peristiwa-peristiwa agung di Madinah Al Munawwarah dan Rasul SAW menjadikan keberkahan berlanjut dan Allah memberi keberkahan pada Sang Nabi tidak hanya di saat beliau hidup, tetapi bekas-bekas peninggalan beliau diabadikan oleh Allah SWT keberkahannya.
Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika di Madinah Al Munawwarah, Rasulullah SAW bersabda, “Kelak di akhir zaman akan muncul dajjal yang akan terus menyerang semua pihak dan semua tempat sampai ia di Madinah Al Munawwah dan dajjal tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah.”

Sampai di sini Rasul SAW berkata, “Maka akan berguncang Madinah dengan 3 kali gempa.” Madinah tidak pernah gempa. Sepanjang Rasul SAW masuk ke Madinah Al Munawwarah di hari hijrah sampai akhir zaman, Madinah tidak pernah gempa, terkecuali saat itu, saat datangnya dajjal ke depan Madinah Al Munawwarah. Disaat itu Madinah gempa dengan 3 kali guncangan, maka keluarlah semua orang kafir dan munafiq. Maka berkata Imam Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa di saat itu semua Rasul mengatakan munafik, fasiq, kafir, semua keluar dari Madinah kecuali orang-orang mukhlisin, orang-orang yang mencintai Rasul SAW tidak bergeming dari Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana kita ketahui, sampai saat ini banyak orang musyrik, fasiq, ada di Madinah dan mereka akan keluar di saat guncangan 3 kali sehingga mereka keluar diikuti dajjal, kata Sang Nabi SAW. Rasul Saw berkata, “Di saat itulah Dajjal membawa pasukannya mengepung Madinah Al Munawwarah.”

Imam Ibn Hajar menukil salah satu hadits dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari dengan sanad yang shahih bahwa Rasul Saw menjelaskan dajjal itu berkata, “Itu Masjid Muhammad, itu Masjid Nabawiy yang harus kita kuasai. Itu masjid Muhammad.” Dari kejauhan Dajjal sudah menunjuknya. Kubah hijau Masjid Rasul SAW telah ditunjuk oleh Dajjal dan berkata, “Itu Masjid Muhammad, itu Masjid Muhammad, kita harus sampai kesana.”
Lantas Rasul Saw bersabda sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, “Disaat itu Madinah mempunyai 7 pintu.” Siapa yang memberi beliau pengetahuan Madinah modern seperti sekarang ini yang mempunyai 7 pintu. Beliau berkata 7 pintu Madinah Al Munawwarah dan disetiap pintunya dijaga oleh 2 malaikat sehingga Dajjal tidak bisa masuk ke dalamnya.

Kita bisa lihat bagaimana keberkahan bekas tempat injakan Sayyidina Muhammad SAW menjadi benteng terkuat yang tidak bisa ditembus oleh Dajjal. Demikian hadirin-hadirat, Dajjal yang demikian hebat kekuatannya, bisa berbuat apa saja, menurunkan hujan, membawa kemiskinan, membawa kekayaan dan menguasai seluruh permukaan bumi, namun ia terbentur di Makkah, Madinah dan Masjid Al Aqso. Ketiga tempat ini tidak bisa disentuh oleh Dajjal. Dajjal tidak bisa masuk ke Masjidil Haram, tidak bisa masuk ke Masjidil Al Aqso dan tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah. Tempat-tempat bekas injakan kaki Muhammad Rasulullah SAW. Maka tempat lahir beliau di Makkah, tempat wafat beliau di Madinah, tempat beliau Isra’ Mi’raj di Masjid Al Aqso. Kalau seandainya bumi bekas pijakan beliau seperti ini, bagaimana jiwa yang mencintai Sayyidina Muhammad, umat Muhammad SAW. Sebagaimana aku dan kalian yang gembira di majelis ini dengan shalawat dan salam kepada Nabiyyuna Muhammad Saw dan tiada pernah bosan kita untuk selalu berdzikir dan bershalawat mendengarkan hadits-hadits Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad SAW.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari sebagimana hadits yang baru saja kita baca tadi, Rasul SAW berkata, “Tidak akan datang hari kiamat,” maksudnya salah satu tanda dari hari kiamat yaitu, “sampai munculnya 30 dajjal,” dajjal -dajjal pendusta, kira-kira jumlahnya 30. Maksudnya jumlahnya bisa lebih atau kurang dari 30. Disini menunjukkan ada ikhtilaf mengenai jumlah dajjal-dajjal yang akan datang ke muka bumi. Tadi apa ciri-ciri mereka? Semuanya itu mengaku Nabi, itu ciri dajjal-dajjal pendusta. Itu kalau kita hitung jumlahnya, kata Rasul SAW, kira-kira 30. Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Kita sudah lihat sekarang, walaupun kita belum menghitungnya, di Indonesia sudah sedemikian banyaknya, ada juga di India, Pakistan, Yordan, Saudi dan dimanapun banyak yang mulai mengaku sebagai Nabi. Dan ini tanda-tanda hari kiamat, kata Sang Nabi. Dan mereka digelari dajjal-dajjal pendusta. Yang dimaksud bukanlah Dajjal yang paling besar yang kelak muncul di akhir zaman.

Mengawali kebangkitan Sayyidina ‘Isa bin Maryam as dan di saat itu mulai tercabutlah ilmu, di saat itu ilmu mulai sirna, ulama mulai wafat. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering kita dengar bahwa Allah itu akan menghilangkan ilmu tidak dengan mencabutnya dari hati para ulama akan tetapi Allah akan menghilangkan ilmu dengan mewafatkan ulama, peringatan bagi kita untuk membangkitkan generasi para ulama lagi. Agar apa? Agar Allah menjauhkan kita dari bala dan musibah dengan sirnanya ulama. Karena apa? Kalau ulama tidak ada, Rasul SAW berkata “sampai ulama tidak tersisa.” Lalu apa? Maka mereka mulai mengambil para imam, para guru yang tidak mengerti ilmu, mereka ditanya, ditanya tidak mampu menjawab melainkan berfatwa semaunya. Apa-apa yang sunnah dibilang bid’ah, yang baik dibilang musyrik, ibadah dibilang syirik, doa-doa dilarang, ziarah dilarang. Karena apa? Karena memang tidak memiliki ilmu. Bukan karena kesalahan mereka, karena kesempitan ilmu mengenai syariah dan hadits. Mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, ilmunya sedikit, maka tidak bisa memberikan fatwa yang benar, fatwanya salah. Mereka sesat dan menyesatkan. Demikian makna dalam kalimat ini.
Akan muncul waktu dimana kurangnya ulama, sedikitnya ulama. Ilmu mulai sirna, sirna, dan sirna.

Minggu yang lalu kita berbicara tentang keutamaan para muhadditsin dan tentunya kita memahami tidak semua muhaddits itu menulis hadits-haditsnya, jadi yang tersisa sekarang ini tidak mencapai 10% dari hadits yang ada saat itu. Imam Ahmad bin Hanbal sudah kita kenal beliau hafal 1 juta hadits dengan sanad dan hukum matannya. Tetapi imam Ahmad hanya sempat menulis 20.000 hadits saja. 980.000 hadits itu sirna dengan wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal. Ada para murid-muridnya yang menghafal tentunya. Dimasa itu, menghafal lebih ditekankan daripada menulis hadits.

Kalau di masa sekarang, orang punya ilmu menulis buku, di zaman itu tidak menulis kecuali kalau ada permintaan. Ada permintaan orang dari jauh minta seratus sanad hadist. Ditulis, kirim kesana seratus sanad hadits. Ada lagi yang meminta fatwa seribu hadits tentang shalat. Tulis hadits dan sanadnya, lalu dikirim kesana. Tetapi mereka tidak menulis semua hadits yang mereka kumpulkan. Karena apa? Di masa itu hafalan yang diandalkan, karena belum ada percetakan. Kalau zaman sekarang, kita mau bawa ke seluruh dunia, cukup di internet sudah sampai ke seluruh dunia dakwahnya. Tulis semua yang kita ketahui, tulis hadits, AlQuran, ayat, fatwa semua akan bermanfaat.
Di masa itu tidak ada percetakan, ditulis apa gunanya? Siapa yang mau membaca 1 buku. Saat ini, kalau kita tulis maka dicetak 1 rim, 10 rim, yang baca banyak. Zaman itu lebih efektif mengajar dengan hafalan. Karena apa? Karena tidak ada percetakan. Siapa yang memperbanyak buku itu? Tidak ada foto copy, tidak ada koran, tidak ada telepon, tidak ada internet, yang ada murid datang pada guru, itu saja. Bisa begitu tadi adalah belajar dan mempelajari, yaitu murid mendatangi guru, diajarkan hadits, pulang dan kira-kira begitu. Datang lagi dan sampai munculnya masa di mana mulai sirna hadits.

Sehingga kalau sekarang ini kita kumpulkan semua hadits, hanya mencapai kurang sedikit dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Kalau dikumpulkan kurang dari 100.000 hadits. Jadi kalau ada Al Hafidh di masa sekarang, seperti Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh, beliau itu hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, beliau mengambil juga bukan hanya dari musnid-musnid yang ada seperti Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Hakim, Imam Bukhari. Tetapi beliau juga mempunyai sanad-sanad hadits yang sampai kepada beliau riwayat sanad daripada yang diluar jumhur muhadditsin. Jadi bisa mencapai lebih dari 100.000 hadits dan beliau sampai ke derajat Al Hafidh. Dan tinggal beberapa orang saja di dunia ini yang sampai ke derajat Al Hafidh dalam ilmu hadits.

Sekarang Ma’had Darul Musthofa mempunyai peraturan baru. Pesantren beliau itu yang masuk kesana syaratnya hafal Alquran dan hafal 2.000 hadits. Demikian salah satu syarat bagi mereka yang mau belajar bersama beliau. Karena barangkali beliau sudah melihat dan sudah waktunya menumpahkan tugasnya ilmu hadits yang beliau miliki, yang selama ini barangkali terpendam karena keterbatasan kemampuan dari orang-orang yang belajar kepada beliau. Sekarang beliau sudah buka yaitu syarat masuk Darul Musthofa hafal 2.000 hadits dan hafal Alquranulkarim, baru bisa masuk menjadi murid beliau untuk diturunkan keluasan ilmu hadits yang beliau miliki. Semoga Allah memakmurkan pesantren ini dan Allah panjangkan usia beliau dan semoga Allah SWT memakmurkan dunia ini dengan para ahli hadits dan para ulama.

Tidak terjadi kiamat hingga muncul banyaknya gempa bumi, kata Rasul SAW. Sudah mulai sirna para ulama. Ini sudah kita lihat. Penghafal hadits kita tinggal sedikit. Jadi zaman sekarang, kalau ada orang yang berfatwa lalu dikatakanlah, “Ini haditsnya dhaif.” Sebentar-sebentar Anda katakan haditsnya Imam Syafii ini haditsnya dhaif. Anda tahu berapa hadits? Ini hadits kalau dikumpulkan sekarang tidak sampai 100.000 hadits. Zaman dahulu orang bicara tentang sholat, ia punya ribuan hadits. Imam Bukhari di dalam kitab Tadzkiratul Huffazh, didatangi oleh muridnya dan berkata, “Wahai imam aku menyusup ke satu wilayah. Di sana aku di uji tentang hadits-hadits sholat.” Ayo haditsnya wudhu apa, bagaimana haditsnya i’tidal, bagaimana haditsnya sujud, itu didaerah sana. Imam Bukhari berubah wajahnya, marah beliau. “Tidak pantas kau masuk Masjid di uji seperti itu. Kalau aku masuk ke situ, akan aku keluarkan 10.000 hadits shahih tentang sholat saja.” 10.000 hadits shahih tentang sholat saja beserta sanad dan hukum matannya. Ini keadaan mereka di masa itu. Imam Bukhari jauh setelah Imam Syafii.

Sebagaimana saya sampaikan minggu yang lalu Imam Syafii sudah jadi Imam, barulah Imam Bukhari lahir. Imam Syafii lahir tahun 150 H, usia 12 tahun sudah mencapai ke derajat Al Hafizh dan Imam Bukhari lahir tahun 194 H. Jadi Imam Syafii sudah 44 tahun, Imam Bukhari baru lahir. Ini Imam Bukhari seperti itu, bagaimana Imam Syafii? Jadi tentunya para ulama dan hujjatul Islam berhati-hati. Kalau Imam Syafi’i sudah bilang seperti ini, pasti dibelakangnya terhimpun sekian ribu hadits yang tidak sempat beliau sampaikan, diantaranya pembacaan doa nisfu Sya’ban. Pembacaan Yasin 3X itu yang menyarankan adalah Imam Syafi’i. Beliau tidak akan mengada-ada. Kalau beliau mengada-ada, sudah ratusan Al Hafizh dan pakar hadits yang menentang adat-istiadatnya ini di masa lalu. Niscaya mereka telah berkata, “Imam Syafi’i bikin hal yang bid’ah, ngapain baca Yasin 3X di malam nisfu Sya’ban?” Tetapi nyatanya mereka malah ikut baca. Kalau ikut baca berarti pasti ada riwayat tsiqahnya, akan tetapi mungkin dari sekian juta hadits hanya kurang dari 100.000 hadits yang ada di masa sekarang ini. Sudah terhapus haditsnya, tetapi cukup fatwa Imam Syafi’i sebagai hujjah untuk diikuti oleh para imam dan para hujjatul Islam yang lainnya. Ini mereka yang mengerti ilmu hadits dan mustholahul hadits. Yang tidak, maka berkata, “Ya… kalau tidak ada hadits shahihnya tidak usah diikuti.” Tentunya tidak demikian, lihat fatwa dan guru-guru yang bersanad sampai kepada para imam, sampai kepada Rasulullah SAW.

Kiamat tidak terjadi hingga muncul gempa di mana-mana. Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa gempa ini sudah ada sejak dari zaman Nabi Adam as, tetapi yang dimaksud Rasul di sini, gempa itu makin banyak dan dahsyat. Di zaman sekarang ini banyak gempa yang dahsyat, muncul tsunami, gempa dahsyat di wilayah Muslimin. Salah satu bentuk dari tanda-tanda munculnya akhir zaman.

Dan selanjutnya adalah semakin terasa dekatnya waktu. Baru kemarin Idul Fitri sekarang sudah mendekat malam 1 Ramadhan. Demikian cepatnya waktu berputar. Rasanya baru kemarin selesai sekolah, sekarang sudah mau menikah. Demikian cepatnya, waktu tidak terasa di akhir zaman. Imam Ibn Hajar juga menukil bahwa yang dimaksud diantaranya adalah usia yang semakin singkat. Dimasa Rasul, umur 60 tahunan sekarang hanya 30 tahunan saja usia manusia. Dan muncul fitnah-fitnah, hal yang kecil jadi fitnah, hal yang tidak berarti jadi fitnah, hanya masalah gerakan jari sedikit saja (sms) ribuan orang yang memusuhinya. Hanya karena jari kecil saja bisa menyebabkan fitnah yang besar. Membuat orang bunuh satu sama lain, saling pecah silaturahmi. Demikian hadirin-hadirat, hanya masalah kecil bisa menjadi fitnah yang besar.

Dan juga mulai banyak terjadi pembunuhan, di sini pembunuhan di sana pembunuhan. Anak membunuh ayahnya, ayah membunuh anaknya. Terus terjadi pembunuhan. Hal yang mustahil terjadi puluhan tahun yang lalu, sekarang terjadi. Belum pernah ada yang namanya anak mau menyiksa dan membunuh ibunya. Sekarang mulai muncul seperti itu dan semakin banyak.

Dan setelah semua itu terjadi, Rasul Saw berkata, “dan akan datang waktunya nanti Allah munculkan kemakmuran.” Maka kalian lihat nantinya di akhir zaman setelah ini muncul, gempa bumi dan lain sebagainya, muncullah keluasan dan kemakmuran. Ini sabda Nabiyyuna Muhammad SAW. Ini sudah muncul pada kita, kekurangan ulama sudah mulai muncul, gempa bumi, fitnah dan zaman yang semakin cepat, muncul orang yang mengaku Nabi. Ini semua sudah muncul, tinggal menagih janji Sang Nabi akan muncul segala kemakmuran pada Muslimin. Maka kalian ini akan dilimpahi kemakmuran, kata Rasul SAW. Ini terusan haditsnya riwayat Shahih Bukhari, sampai nanti tidak ada lagi orang yang menerima sedekah, semua orang cukup, semua orang kaya-raya.

Mustahilkah? Kalau sekarang mustahil, tapi di masa itu, tidaklah mustahil. Di zaman Nabiyullah Adam as ada orang usianya mencapai ribuan tahun. Barangkali mustahil ada orang usia 63 tahun sudah lanjut usia. Tetapi sekarang, usia 63 tahun sudah lanjut usia. Di masa yang dijanjikan itu Allah bukakan harta yang luas dan kemakmuran bagi Muslimin.

Guru kita Al Hafizh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah akan membuat orang-orang yang baik jadi kaya-raya, orang-orang yang mencintai da’wah menjadi kaya-raya, dengan cara seperti itu orang-orang susah akan kembali kepada mereka, orang-orang non-Muslim akan diberikan kemiskinan oleh Allah, hancur usahanya, rusak dari apa-apa yang menjadi perdagangannya. Allah berikan keberkahan kepada apa yang diusahakan Muslim yang baik, dan juga keberhasilan. Perdagangannya maju terus dibantu oleh Allah SWT dan di saat itulah harta dan kekayaan dipegang oleh orang-orang yang baik. Orang-orang yang sholeh diberi kekayaan oleh Allah SWT. Maka tentunya di saat seperti itu kaum Muslimin yang susah akan dimodali, mereka dibantu karena orang baik akan mereka bantu. Kalau orang kaya tapi kikir, ia mau kaya sendiri tidak mau berbagi dengan orang lain maka Allah jadikan saat itu adalah orang yang baik yang kaya-raya. Orang yang baik yang kaya-raya membantu yang lain yang di luar Islam yang perdagangannya jatuh. Non-Muslim itu akan ikut bisnis dengan dia, datang pada dia, ikut dengan dia jadi maju. Dan usaha orang-orang non-muslim yang hancur, mereka akan kembali kepada Islam.

Demikianlah keadaan Muslimin di masa itu dan tidak ada orang-orang yang susah. Pertama-pertama kecukupan, yang kedua sudah cukup, diriwayatkan dari hadits yang tsiqah oleh Imam Tirmidzi ada 1 orang membawa kantung besar berisi dinar dan berkata, “Kau mau menerima sedekah? Tidak adakah satupun yang mau terima?” Ada 1 orang mau terima dan berkata, “Sini aku terima.” Setelah ia terima, ia berkata, “Subhanallah, orang lain tidak ada yang mau terima, tetapi aku menerimanya, ini aku kembalikan.” Orang itu tidak mau, kemudian ia menaruh harta emas dan 1000 dinar dalam kantung yang besar meninggalkannya di jalan, dan ia pun pergi. Demikian luasnya keadaan orang-orang saat itu. Riwayat Shahih Bukhari. Rasul SAW bersabda, “Bersedekahlah kalian! Akan datang satu masa dimana sedekah tidak akan lagi diterima oleh semua orang karena semua orang sudah berkecukupan.”

Demikian dahsyatnya. Kita berfikir, tampaknya ini mustahil. Namun tentunya kita ingat bahwa beliau ini adalah waliyullah, tidak berbicara dari hawa nafsunya; dan hal itu akan datang. Bencana itu akan datang, fitnah akan datang, yang mengaku Nabi telah datang, gempa bumi telah datang. Maka ini tanda-tanda akan segera munculnya kemakmuran pada Muslimin-Muslimat.

Kita bermunajat kepada Allah SWT, semoga Allah memakmurkan dan menyegerakan kedatangan kemakmuran Muslimin-Muslimat. Ya Rahman Ya Rahim, bukakan keberkahan bagi kami. Limpahkan cahaya keluasan bagi kami, zhahiran wa bathinan, dunia dan akhirat, majukan da’wah Muslimin. Ramaikan panggung-panggung dzikir dan shalawat. Ya Rahman Ya Rahim, jadikanlah kami ini orang-orang yang pertama membenahi keadaan masyarakat kami. Ya Rahman Ya Rahim, jadikanlah harta dan kekuasaan pada orang-orang yang baik dan kaum Muslimin, dan jadikanlah kehancuran dan kesempitan bagi mereka-mereka yang memusuhi Muslimin. Ya Rahman Ya Rahim, kami mengadukan keadaan hati kami ini. Rabbiy, benahi keadaan diri kami hingga kami bermanfaat bagi masyarakat kami. Ya Rahman Ya Rahim.

Faqulu jami’an: Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Majelis kita semakin luas dan malam selasa semakin besar. Insya Allah semakin makmur dan semakin banyak Muslimin-Muslimat yang mengambil faedah. Dan ternyata tidak cukup sampai di sini, Allah makmurkan lagi majelis-majelis lainnya. Majelis tahunan kini sudah semakin dekat dan semakin banyak. Dan di bulan Ramadhan, kita tidak akan berhenti memakmurkan wilayah Jakarta ini dengan majelis-majelis dzikir. Insya Allah di malam 17 Ramadhan akan mengadakan Tabligh Akbar dan peringatan Badr Kubro sekaligus malam Nuzulul Qur’an yang Insya Allah bertempat di Monumen Nasional (Monas). Kemarin ada sedikit kendala. Sudah ada perizinan di Monas. Ternyata Monas dipenuhi oleh kemah-kemah para tentara dan juga persenjataan untuk peringatan acara 17 Agustus. Jadi tidak etis kalau seandainya jamaah kumpul jadi satu dengan kemah-kemah para tentara. Tentunya kita tidak nyaman. Maka kita dipindahkan ke Lapangan Banteng. Tapi untuk malam 17 Ramadhan telah disepakati, Insya Allah. Dan juga di bulan Ramadhan kita akan mengadakan acara besar-besaran di wilayah Ancol, tempat-tempat maksiat akan kita terangi dengan Nama Allah.

Wa shallallahu wa sallam wa barik ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘ala alihi washohbihi wassallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar